article 2024-06-27 Aji Pratama 8 min read

Google AI Overviews Dituding Ancam Kelangsungan Penerbit Independen

Aliansi Penerbit Independen menggugat Google ke Komisi Eropa terkait fitur AI Overviews yang dinilai merugikan media dengan menurunkan trafik, pendapatan, dan visibilitas konten mereka.

Google AI Overviews Dituding Ancam Kelangsungan Penerbit Independen

Pada pertengahan tahun 2024, kekhawatiran sejumlah penerbit independen Eropa memuncak. Di tengah arus transformasi digital yang begitu deras, muncul kekuatan baru yang sulit dilawan: kecerdasan buatan di mesin pencarian. Aliansi Penerbit Independen (Independent Publishers Alliance), yang terdiri dari media dan penerbit berbagai ukuran di Eropa, resmi mengajukan pengaduan antitrust ke Komisi Eropa terhadap Google.

Yang dipersoalkan bukanlah hal teknis semata, melainkan fitur bernama AI Overviews dalam layanan pencarian Google. Sejak fitur ini diluncurkan lebih dari setahun lalu, Google mulai menampilkan ringkasan hasil pencarian yang dihasilkan oleh AI tepat di bagian atas halaman, bahkan sebelum tautan menuju situs aslinya. Bagi sebagian pengguna, ini adalah kemudahan. Namun bagi para penerbit berita, ini bisa berarti awal dari kemunduran.

“Trafik Hilang, Pendapatan Terjun Bebas”

Dalam dokumen pengaduan yang dikutip oleh Reuters, aliansi tersebut menyebut Google telah “menyalahgunakan konten web untuk digunakan dalam AI Overviews”, tanpa memberi pilihan bagi penerbit jika mereka tak ingin mata pencahariannya dipangkas. Bahkan disebutkan bahwa satu-satunya cara bagi penerbit untuk mencegah kontennya digunakan dalam fitur tersebut adalah dengan sepenuhnya menghilang dari hasil pencarian Google.

“Ini bukan hanya soal teknologi,” demikian inti dari pernyataan mereka, “ini soal bertahan hidup.”

Para penerbit mengklaim bahwa AI Overviews menyebabkan penurunan drastis dalam trafik dan pembaca yang, pada akhirnya, berdampak langsung pada pendapatan iklan dan langganan. Beberapa media kecil bahkan melaporkan bahwa kunjungan dari Google Search hilang hingga setengahnya hanya dalam beberapa bulan setelah fitur ini aktif.

Google: “Justru Membuka Peluang Baru”

Menanggapi protes tersebut, Google melalui pernyataan resminya kepada Reuters menjelaskan bahwa fitur AI-nya justru menghadirkan pengalaman pencarian yang lebih kaya. Dengan AI Overviews, pengguna diklaim bisa bertanya lebih banyak hal dan menjelajahi lebih banyak topik, yang “sebenarnya bisa membuka lebih banyak peluang bagi situs web dan bisnis untuk ditemukan”.

Raksasa teknologi itu juga menepis klaim bahwa AI telah memangkas trafik secara langsung. Mereka menyebut data tentang trafik sering kali bersifat parsial, tidak merepresentasikan keseluruhan variabel yang memengaruhi naik-turunnya jumlah pengunjung situs. “Ada banyak faktor,” kata mereka, “kenaikan atau penurunan trafik tidak bisa selalu disematkan pada satu penyebab.”

Namun bagi banyak penerbit tradisional, rasanya penjelasan ini tidak cukup meyakinkan.

Ringkasan AI: Inovasi atau Penjiplakan?

Sejak awal eksistensinya, internet telah bertumpu pada prinsip keterbukaan. Konten yang dipublikasikan secara daring memang bisa diakses bebas, namun tetap berada di bawah naungan hak cipta. Dalam kasus AI Overviews, banyak penerbit mempertanyakan apakah cara Google menarik dan merangkum teks dari konten mereka, tanpa memberikan atribusi layak atau klik balik, merupakan pelanggaran terhadap prinsip dasar itu.

“Setiap klik sangat berarti bagi kami,” ujar seorang pemimpin redaksi media lokal di Belgia yang tak bersedia disebutkan namanya. “Content kami dibuat dengan keringat, waktu, dan biaya. Lalu tiba-tiba, ringkasannya muncul di Google tanpa kami tahu, tanpa pengunjung dialihkan ke situs kami.”

Masalah ini juga mengungkap dilema yang lebih luas: pada era di mana AI dapat memproduksi ‘jawaban instan’, apa fungsi dari jurnalisme tradisional? Di mata pengguna awam, ringkasan itu memadai. Tapi ketika konten-konten penting kesulitan menjangkau pembaca karena tak sempat diklik, apa yang terjadi dalam jangka panjang terhadap ekosistem informasi publik?

Tidak Ada Jalan Keluar yang Mudah

Penerbit memang bisa memilih untuk tidak diindeks Google sepenuhnya dengan memodifikasi file robots.txt di situs mereka. Namun, seperti yang dijelaskan dalam pengaduan mereka, langkah ini terkesan mustahil dilakukan karena artinya memutus total visibilitas dari mesin pencari terbesar di dunia.

Artinya, mereka terjebak. Jika tidak membiarkan konten mereka digunakan oleh AI Overviews, mereka tidak akan tampil sama sekali di Google. Tapi jika membiarkan, potensi klik dan pendapatan mereka bisa hilang secara perlahan karena pengguna cukup membaca ringkasan yang dihasilkan oleh AI.

Ini bukan hanya soal teknologi atau algoritma. Ini persoalan asimetri kekuasaan. Google, dengan infrastrukturnya yang kompleks dan menjangkau miliaran pengguna setiap detik, menghadirkan solusi yang sekaligus menciptakan ketergantungan. Banyak penerbit independen di Eropa dan dunia tidak punya banyak pilihan selain menerimanya.

Komisi Eropa Sebagai Harapan Terakhir?

Selama beberapa tahun terakhir, Uni Eropa memang aktif mengatur dominasi platform digital raksasa, dari aturan anti-monopoli hingga perlindungan data pengguna. Gugatan dari Aliansi Penerbit Independen ini menjadi babak terbaru dari upaya menyeimbangkan relasi antara platform dan pembuat konten.

Mereka berharap Komisi Eropa dapat melihat hal ini sebagai pelanggaran terhadap kompetisi yang sehat. Dengan menempatkan informasi yang didaur ulang oleh kecerdasan buatan di atas konten aslinya, Google dianggap menggunakan kekuatannya secara tidak adil dan merugikan pelaku industri media, khususnya mereka yang tidak sebesar konglomerat.

Namun, penyelesaian semacam ini biasanya memakan waktu. Proses hukum antitrust bisa berlangsung bertahun-tahun, dan belum tentu menghasilkan keputusan yang mengikat Google untuk mengubah layanannya.

Masa Depan Ekosistem Informasi

Saat dunia bergerak menuju integrasi teknologi yang lebih dalam, terutama yang didorong oleh AI, masalah kedaulatan informasi menjadi semakin krusial. Siapa yang berhak merangkum kebenaran? Apa harga dari kenyamanan instan bagi pengguna?

Jika tidak diatur secara seimbang, ada risiko jurnalisme independen semakin tersingkirkan. Penerbit kecil yang melaporkan isu-isu lokal atau spesifik bisa lenyap dari radar karena tidak mampu bersaing dalam infrastruktur digital yang dikendalikan oleh segelintir pemain global.

Namun, ini bukan kisah tentang Google semata. Ini adalah cerita tentang masa depan keberagaman informasi, tentang bagaimana masyarakat bisa terus mengakses berita yang tidak hanya cepat, tetapi juga bermutu dan bisa dipercaya.

Bagi sebagian besar penerbit independen itu, menjaga agar satu artikel bisa tetap diklik oleh segelintir pembaca bukan hanya soal statistik. Itu soal eksistensi. Dan di tengah hiruk pikuk para raksasa digital menggulirkan inovasi, mereka hanya berharap tidak makin dilupakan.

A
Aji Pratama

Content Creator & AI Enthusiast

Suka artikel ini? Subscribe untuk update terbaru!

Dapatkan insight AI dan tips bisnis langsung ke inbox Anda setiap minggu.